Kamis, 02 April 2020

Layanan Situs Kesehatan Indonesia




Contoh situs kesehatan masyarakat.


Dibalik kemudahan mengakses informasi dan layanan kesehatan melalui sistem digital, muncul kekhawatiran tentang akurasi dan kualitas informasi kesehatan yang beredar di Internet. Salah satu penyebabnya adalah fitur anonimitas dalam layanan internet, siapapun dapat menulis artikel tentang kesehatan, berperan sebagai tenaga medis profesional, dan memberikan opini atau diagnosis kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan dan pendidikan pada pengguna Internet tentang memilih informasi kesehatan yang benar dari sumber yang terpercaya dan menginterpretasikan informasi kesehatan secara benar.


Situs kesehatan tersebut dikembangkan untuk memenuhi satu fungsi dinas kesehatan yaitu pembinaan promosi kesehatan, pemberdayaan kesehatan masyarakat, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan komunikasi publik. Penyajian informasi kesehatan yang benar dan terpercaya tidak hanya bergantung pada substansi informasi, tetapi juga pada cara / metode dan visualisasi penyajian informasi yang ditampilkan melalui interface (antarmuka) sistem. Presentasi informasi yang tepat dan ramah pengguna (user friendly) mempengaruhi pemahaman terhadap substansi. Hal ini penting karena kesalahpahaman dalam memaknai informasi kesehatan dapat berakibat fatal bagi kesehatan individu. Presentasi informasi kesehatan pada situs kesehatan publik dapat mengadaptasi metode user-centered design (UCD) dan prinsip-prinsip usability. Metode UCD bertujuan mengembangkan sistem yang mudah dipahami (understandable) dan digunakan (usable) dengan mengeksplorasi kebutuhan dan minat pengguna.


Pengguna situs terdiri dari pegawai dinas kesehatan dan puskesmas serta masyarakat. Masing-masing pengguna memiliki kebutuhan dan tujuan spesifik dalam hal penggunaan situs. Selanjutnya, evaluasi tampilan antarmuka saat ini dilakukan oleh perwakilan pengguna yang terdiri dari dua analis sistem informasi, dua praktisi kesehatan publik, dua desainer komunikasi visual, dan dua mahasiswa psikologi, dengan metode evaluasi heuristik. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tampilan situs saat ini terdapat kelemahan dalam hal visibilitas status sistem, konsistensi desain, fitur bantuan dan dokumentasi, dan desain interaksi secara keseluruhan.


Rancangan solusi untuk perbaikan situs dimulai dari penyusunan spesifikasi kebutuhan pengguna. Beberapa contoh kebutuhan tersebut adalah menyediakan informasi kesehatan publik yang akurat dan terpercaya, mengelola dan menampilkan data dan laporan kesehatan public memonitor aktivitas dinas kesehatan, dan mencari informasi kesehatan publik. Aktivitas selanjutnya adalah merancang desain antarmuka berdasarkan kebutuhan pengguna. Sejumlah fitur penting pada usulan solusi adalah visualisasi menggunakan satu tema dan kombinasi warna biru dengan (kode hex: #0088cc), putih (kode hex: #ffffff), dan hitam (kode hex: #383f48). Sementara itu, untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat dengan buta warna; pemilihan jenis huruf Helvetica, Arial, dan Verdana, yang memiliki nilai readability tinggi untuk memudahkan pengguna dengan dyslexia; reorganisasi stuktur navigasi situs menjadi lima kelompok utama, yaitu identitas pengelola situs, layanan publik, informasi publik, data dan dokumen kesehatan publik, dan pojok kesehatan masyarakat.


Usulan rancangan tersebut selanjutnya dilengkapi dalam bentuk storyboard (simulasi skenario penggunaan sistem oleh tiap pengguna) dan mock-up (prototipe sistem dengan tampilan antarmuka sesuai usulan rancangan). Aktivitas terakhir adalah evaluasi usulan rancangan oleh perwakilan pengguna. Hasil evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan skor dalam semua aspek heuristik dan perbaikan terhadap kelemahan situs saat ini. Berdasarkan hasil dan temuan pada studi ini, metode UCD dapat direkomendasikan untuk mendesain tampilan antarmuka pada situs kesehatan publik. Metode UCD memastikan bahwa pengambangan sistem didasarkan pada kebutuhan pengguna secara menyeluruh sehingga dapat membantu masyarakat untuk menginterpretasikan informasi kesehatan secara tepat.







Referensi:

http://news.unair.ac.id/2019/07/31/layanan-situs-e-goverment-untuk-informasi-kesehatan-masyarakat/

Kamis, 19 Maret 2020

MDG’s dan SDG’s


MDG's (Millenium Development Goals)
Pembangunan Milenium atau Millennium Developments Goals (MDGs) merupakan sebuah Deklarasi Milenium yang merupakan hasil dari kesepakatan para kepala negara serta perwakilan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). MDGs ini sudah mulai dijalankan dari bulan September tahun 2000.

Dalam deklarasi tersebut ada 8 butir tujuan akan dicapai di tahun 2015. Adapun target globalnya adalah tercapainya kesejahteraan dan pembangunan masyarakat di tahun 2015.

Terget ini adalah sebuah tantangan utama bagi dunia. Oleh sebab itu, Deklarasi Milenium atau MDGs ini juga diadopsi oleh 189 negara, ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan serta kepala negara di waktu KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Millenium yang berlangsung di New York pada September 2000. Pemerintah Indonesia juga turut hadir serta ikut ambil bagian dalam deklarasi ini.


Adapun 8 butir tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Menanggulangi jumlah kemiskinan dan kelaparan;
· Menurunkan jumlah kemiskinan
· Meningkatkan pendapatan populasi dunia sebanyak $10000 dalam sehari 


2. Pencapaian pendidikan dasar bagi semua
· Setiap penduduk di dunia berhak mendapatkan pendidikan dasar 


3. Mendukung kesetaraan gender serta pemberdayaan kaum perempuan
· Target pada 2005 dan 2015 adalah mengurangi angka perbedaan serta diskriminasi jenis kelamin (gender) di tingkat pendidikan dasar juga menengah untuk tahun 2005 sedangkan di tahun 2015 adalah untuk semua tingkatan


4. Menurunkan jumlah kematian anak
· Target di 2015 ialah untuk mengurangi 2/3 angka kematian pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun. 


5. Meningkatkan kesehatan para ibu
· Target di 2015 ialah mengurangi 2/3 rasio kematian ibu ketika proses melahirkan 


6. Menanggulangi HIV/AIDS dan, malaria termasuk penyakit menular lainnya
· Target di 2015 ialah menghentikan serta memulai tindakan pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS dan malaria termasuk jenis penyakit berat lainnya 


7. Menjaga kelestarian lingkungan hidup
· Mengintegrasikan semua prinsip pembangunan yang bersifat terus menerus dalam setiap kebijakan dan program negara serta mengurangi jumlah hilang atau menurunnya sumber daya lingkungan.
· Tahun 2015 diharapkan akan mengurangi setengah dari seluruh jumlah penduduk yang tidak memiliki air minum sehat.
· Tahun 2020 diharapkan akan mencapai pengembangan signifikan untuk kehidupan paling tidak 100 juta orang yang masih tinggal di lingkungan kumuh. 


8. Mengembangkan langkah kemitraan global dalam rangka pembangunan
· Mengembangkan perdagangan terbuka lebih jauh lagi serta sistem keuangan dengan dasar aturan, bisa diterka juga tiada diskriminasi. Meningkatkan komitmen pemerintahan, pembangungan serta pengurangan jumlah kemiskinan baik nasional maupun internasional.
· Membantu berbagai kebutuhan khusus negara yang kurang berkembang termasuk kebutuhan khusus berbagai negara terpencil serta berbagai kepulauan kecil.
· Dengan cara komprehensif mengupayakan persetujuan terkait masalah utang negara berkembang.
· Menghadapi dengan cara komprehensif bersama negara berkembang untuk masalah hutang dengan pertimbangan nasional serta internasional sehingga hutang dapat ditanggung dengan waktu lama.
· Mengembangkan berbagai jenis usaha produktif yang bisa dijalankan oleh pemuda.
· Bekerjasama dengan pihak “pharmaceutical“, untuk menyediakan akses obat yang penting dan terjangkau bagi negara berkembang

· Bekerjasama dengan pihak swasta untuk membangun upaya agar ada penyerapan keuntungan dari berbagai teknologi baru, utamanya adalah teknologi informasi dan juga komunikasi.


SDG's (Sustainable Development Goals)

25 September 2015 bertempat di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), para pemimpin dunia secara resmi mengesahkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) sebagai kesepakatan pembangunan global. Kurang lebih 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla turut mengesahkan Agenda SDGs.
Dengan mengusung tema "Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan", SDGs yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi seluruh negara (universal), sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk mencapai Tujuan dan Target SDGs.
17 target SDG's : 


Tujuan 1 - Tanpa kemiskinan (No Poverty)

Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.

Tujuan 2 - Tanpa kelaparan (Zero Hunger)

Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.

Tujuan 3 - Kehidupan sehat dan sejahtera (Good Health and Well-Being for people)

Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia.

Tujuan 4 - Pendidikan berkualitas (Quality Education)

Memastikan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.

Tujuan 5 - Kesetaraan gender (Gender Equality)

Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan.

Tujuan 6 - Air bersih dan sanitasi layak (Clean Water and Sanitation)

Menjamin akses atas air dan sanitasi untuk semua.

Tujuan 7 - Energi bersih dan terjangkau (Affordable and Clean Energy)

Memastikan akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua. 


Tujuan 8 - Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (Decent Work and Economic Growth)

Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua.

Tujuan 9 - Industri, inovasi dan infrastruktur (Industry, Innovation and Infrastructure)

Membangun infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan mendorong inovasi.

Tujuan 10 - Berkurangnya kesenjangan (Reduced Inequalities)

Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.

Tujuan 11 - Kota dan komunitas berkelanjutan (Sustainable Cities and Communities)

Membuat perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.

Tujuan 12 - Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (Responsible Consumption and Production)

Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.

Tujuan 13 - Penanganan perubahan iklim (Climate Action)

Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.

Tujuan 14 - Ekosistem laut (Life Below Water)

Pelindungan dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan.

Tujuan 15 - Ekosistem daratan (Life on Land)

Mengelola hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati.

Tujuan 16 - Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh (Peace, Justice and Strong Institutions)

Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif.

Tujuan 17 - Kemitraan untuk mencapai tujuan (Partnerships for the Goals)

Menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.


Rumus-Rumus:
1. Rumus Perhitungan Pravelensi HIV

Jumlah Pddk Laki & Perempuan 15-49 thn yang HIV x 100%

Jumlah Pddk Laki & Perempuan 15-49 thn

Data :
Jumlah penduduk 15-49: 5.979.000

terkana hiv 15-49: 349.882

349.882 x 100% = 0,0585% = 0.56%(pembulatan)
5.979.000

2. Rumus Perhitungan Pravelensi Malaria
Jumlah kasus malaria tahun tertentu x 1000
Jumlah penduduk tahun yang sama

Data :
Jumlah penduduk jawa tengah : 34.490.835
Terkena Malaria : 806

806 x 1000 = 0,02
34.490.835

3. Rumus Perhitungan Angka Kematian Bayi
Jumlah kematian bayi (<1 tahun) pada tahun tertentu x 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama

Data:
Jumlah Lahir hidup bayi Laki-laki Jakarta Timur (2015) : 21971
Jumlah Kematian bayi laki laki Jakarta Timur (2015) : 66

66 x 1000 = 3,00
21971

4. Rumus Perhitungan Angka Kematian Balita
Jumlah kematian penduduk usia (<5 tahun) pada tahun tertentu x 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama

Data:
Jumlah Lahir hidup balita Laki-laki Jakarta Timur (2015) : 21971
Jumlah Kematian balita Laki laki Jakarta Timur (2015) : 401

401 x 1000 = 18,25
21971

5. Rumus Perhitungan Angka Kematian Malaria
Jumlah kematian karena malaria tahun teretentu x 100.000
Jumlah penduduk tahun yang sama

Data:
Jumlah Kematian karna malaria tahun 2010 (dunia) : 665.000
Jumlah penduduk tahun 2010 (Dunia) : 6.933.000.000

665.000 x 100.000 = 9,509 = 9,51 = 10 (pembulatan)
6.993.000.000






Sumber:
https://elshinta.com/news/145781/2016/03/19/belum-tahu-17-tujuan-dari-sdgs-itu-apa-saja-ini-dia
https://koinworks.com/blog/millenium-development-goals/
https://www.sdg2030indonesia.org/page/8-apa-itu
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/08/08/jumlah-penduduk-jakarta-didominasi-usia-produktif-pada-2019

Jumat, 10 Januari 2020

Televisi di Era Masa Kini


1.     Pengertian TV Digital dan TV Analog
TV Digital Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. TV Digital bukan berarti pesawat televisinya yang digital, namun lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah sinyal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. TV digital memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standaranalog PAL yang digunakan di – TV Analog Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog. Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog NTSC (national Television System Committee), PAL, dan SECAM. Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap gangguan (noise) dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code).

2.     Perbedaan TV Digital dengan TV Analog.
Di Indonesia agar segera diluncurkan karena Pemerintah juga berpendapat bahwa teknologi televisi digital lebih efisien dalam penggunaan kanal frekuensi dibandingkan teknologi analog yang selama ini dipergunakan. Berdasarkan master plan televisi yang tengah disusun, pemerintah akan mengalokasikan 14 kanal frekuensi. 10 kanal frekuensi kini telah dialokasikan bagi televisi swasta yang telah beroperasi. Satu kanal untuk TVRI, satu kanal untuk televisi lokal, dan dua kanal untuk televisi digital. Walaupun televisi digital harus banyak melakukan adaptasi terhadap jangkauan yang telah dapat dicapai oleh televisi analog. Penerapan siaran TV digital sebagai pengganti TV analog pada pita UHF dilakukan secara bertahap sampai suatu batas waktu cut-off TV analog UHF yang ditetapkan (2015 di kota besar dan 2020 secara nasional). Wilayah layanan TV digital penerimaan tetap free-to-air DVB-T sama dengan wilayah layanan TV analog UHF sesuai Keputusan Menteri Perhubungan No. 76 Tahun 2003. Alokasi kanal frekuensi untuk layanan TV digital penerimaan tetap free-to-air DVB-T di Indonesia adalah pada band IV dan V UHF, yaitu kanal 28 – 45 (total 18 kanal) dengan lebar pita masing – masing kanal adalah 8 MHz. Namun, setiap wilayah layanan diberikan jatah hanya 6 kanal, karena 12 kanal lain digunakan di wilayah – wilayah layanan sekitarnya (pola reuse 3 grup kanal frekuensi). TV digital, katanya, memang menuntut keterlibatan banyak pihak, di antaranya perusahaan seluler, sedangkan pemerintah berfungsi untuk melindungi produk TV digital dan sebagai regulator. Untuk menyusun strategi migrasi ke teknologi digital, pemerintah diusulkan membentuk Komisi Nasional Televisi yang beranggotakan departemen dan kalangan lembaga penyiaran. Pada 2004 diharapkan Komisi ini sudah terbentuk, sehingga sosialisasi dan uji coba televisi digital dapat dilakukan.






Perbedaan mendasar antara TV Digital dengan TV Analog. Perbedaan yang paling mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital terletak pada penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin jauh dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital, siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana sinyal tidak dapat diterima lagi.

Perbedaan TV Digital dan TV Analog hanyalah perbedaan pada sistim tranmisi pancarannya, kebanyakan TV di Indonesia, masih menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier, Sedangkan pada Pada sistim digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan. Orang awam pun dapat membedakan dengan mudah, jika TV analog signalnya lemah (semisal problem pada antena) maka gambar yang diterima akan banyak ‘semut’ tetapi jika TV Digital yang terjadi adalah bukan ‘semut’ melainkan gambar yang lengket seperti kalau kita menonton VCD yang rusak. Kualitas Digital jadi lebih bagus, karena dengan Format digital banyak hal dipermudah. Siaran TV Satelit Dulu memakai Analog. Sekarang sudah banyak yang digital. Tidak semua TV satelit memakai sistim Digital. Di beberapa satelit Arab banyak yang memakai mode analog. Sebenarnya untuk menerima siaran digital untuk TV yang analog tidaklah terlalu mahal. Receiver ini hanya tinggal pasang antena dan kemudian AV nya colokkan ke TV. Untuk siaran TV satelit namanya DVB-S (Digital Video Broadcasting – Satelite). Sedangkan untuk di daratan namanya DVB-T (Digital Video Broadcasting – Terresterial)
Siaran TV Digital merupakan siaran televisi yang dipancarkan menggunakan sinyal digital dan diterima oleh pesawat penerima / tv yang bisa menerima sinyal tv digital. Memang belum semua stasiun tv beralih ke digital. Di samping biaya migrasi ke digital yang sangat mahal, saat ini pun masih masa transisi bagi stasiun pemancar tv untuk beralih ke siaran digital sebelum batas akhir yang ditetapkan pemerintah pada 2018 mendatang.
Sekalipun sebuah stasiun tv sudah menyiarkan siaran digitalnya, pemerintah tetap mewajibkan stasiun tv tersebut untuk memancarkan sinyalnya lewat sinyal tv analog juga. Ini dimaksudkan untuk mengimbangi kemampuan masyarakat yang belum memiliki pesawat tv digital. Sehingga masyarakat yang belum memiliki tv digital tetap dapat menerima siaran tv dari stasiun tersebut sampai nanti pada 2018 betul-betul sudah tidak ada lagi siaran tv analog.
TV Digital Jika anda sudah memiliki pesawat tv digital, mungkin hanya beberapa stasiun tv saja yang dapat ditangkap secara digital dengan menggunakan antena biasa (antena VHF/UHF), inipun tergantung daerah anda apakah stasiun tv nya sudah mulai memancarkan siaran tv digital atau belum.
Untuk mendapatkan sinyal tv digital kita tidak harus membeli pesawat tv digital. Pesawat tv analog pun bisa menangkap siaran tv digital hanya dengan menggunakan antena tv biasa (VHF/UHF). Yaitu dengan menambah alat yang dinamakan Set Top Box (STB-penerima siaran digital) yang berfungsi meng-konversi sinyal tv digital menjadi sinyal analog, sehingga tv lama kita (tv tabung) dapat menerima siaran tv digital. Namun perlu diperhatikan, tidak semua TV LCD atau TV LED yang beredar saat ini bisa menerima siaran digital sistem DVB-T.
Berikut gambar perbandingan sistem pemancaran sinyal tv digital dan analog.
Sistem Siaran TV Analog



Sistem Siaran TV Digital



Dari gambar di atas, nampak perbedaan yang sangat mendasar antara siaran tv digital (B) dan siaran tv analog (A). Siaran tv analog, konten siarannya analog dipancarkan melalui pemancar analog menjadi sinyal tv analog pada frekuensi radio uhf/vhf dan diterima oleh pesawat tv analog melalu antena uhf/vhf.
Sedangkan siaran tv digital, konten siarannya digital, atau kalau masih analog di-encoding ke digital, dipancarkan tetap pada frekuensi radio uhf/vhf oleh pemancar digital menjadi sinyal tv digital, diterima antena biasa uhf/vhf yang dilengkapi penerima digital (set top box-STB) yang berfungsi mengkonversi sinyal tv digital menjadi sinyal yang bisa diterima tv analog. Pada pesawat tv digital tidak lagi memerlukan set top box (penerima digital) karena sudah terintegrasi di dalamnya. Sistem penyiaran tv digital di Indonesia menggunakan standar penyiaran DVB-T2 (Digital Video Broadcasting-Terrestrial Second generation). Ini berarti untuk dapat menerima siaran tv digital, pesawat tv harus dilengkapi alat penerima sinyal tv digital DVB-T2 (Set Top Box – DVB-T2).

A. Sejarah Televisi Digital dan Televisi Analog
Dewasa kini televisi yang sering kita temui adalah televisi dengan kualitas gambar yang bagus dan berbagai pilihan dari masing-masing kecanggihan yang dibawa oleh setiap merknya. Dibalik semua itu tentu ada proses yang membawa televisi kini menjadi elektronik yang canggih. Dalam penemuannya, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
  • 1876 - George Carey menciptakan selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda.
  • 1884 - Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis.
  • 1888 - Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
  • 1897 - Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi dassar televisi layar tabung.
  • 1900 - Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
  • 1907 - Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.
  • 1927 - Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
  • 1929 - Vladimir Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT.
  • 1940 - Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
  • 1958 - Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown.
  • 1964 - Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.
  • 1967 - James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
  • 1968 - Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
  • 1975 - Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
  • 1979 - Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
  • 1981 - Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
  • 1987 - Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
  • 1995 - Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.
  • Dekade 2000 - Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
Sebelum membahasa mengenai perbedaan TV Analog dan Digital berikut pengertian dari keduanya :
  • Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. TV Digital bukan berarti pesawat televisinya yang digital, namun lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah sinyal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. TV digital memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL.
  • Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog. Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog NTSC (national Television System Committee), PAL, dan SECAM.
Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap gangguan (noise) dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code).


B. Perbedaan Penerimaan Sinyal Televisi Digital dan Analog
  • Kualitas gambar dan suara
Siaran televisi digital terestrial menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang mampu mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog, efek lintasan jamak menimbulkan echo atau gaung yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada bayangan).

Penyiaran televisi digital menawarkan kualitas gambar yang sama dengan kualitas DVD, bahkan stasiun-stasiun televisi dapat memancarkan programnya dalam format 16:9 (layar lebar) dengan standar Standard Definition (SD) maupun High Definition (HD). Kualitas suara pun mampu mencapai kualitas CD Stereo, bahkan stasiun televisi dapat memancarkan suara dengan Surround Sound (Dolby DigitalTM).
  • Tahan perubahan lingkungan
Siaran televisi digital terestrial memiliki ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile TV), misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada TV analog saat ini.
  • Tahan terhadap efek interferensi
Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery) terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman atau transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error (error correction code) tertentu.
  • Efisiensi spektrum/kanal
Teknologi siaran televisi digital lebih efisien dalam pemanfaatan spektrum dibanding siaran televisi analog. Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk siaran televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF. Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6, artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital untuk lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplex dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya.

Dalam bahasa yang sederhana, ini berarti dalam satu frekuensi dapat digunakan untuk enam siaran yang berbeda. Ini jauh lebih efisien dibanding dengan siaran analog dimana satu frekuensi hanya untuk satu siaran saja. Dengan keunggulan ini, keterbatasan jumlah kanal dalam spektrum frekuensi siaran yang menjadi penghambat perkembangan industri pertelevisian di era analog dapat diatasi dan memungkinkan munculnya stasiun-stasiun televisi baru yang lebih banyak dengan program yang lebih bervariasi.
C. Perbedaan Produksi Televisi Digital dan Televisi Analog
Perangkat TV Analog menggunakan tabung katoda sebagai display, sementara TV Digital menggunakan panel layar datar seperti LCD, plasma, atau LED. Akibatnya, TV Analog cenderung lebih besar dan tebal dibandingkan dengan TV Digital. TV Analog juga mengonsumsi daya yang lebih banyak dibandingkan dengan TV Digital. Resolusi perangkat TV Digital bisa diatur di angka 480p (SD = Standar Definition) atau bahkan di 780p atau 1080i / p yang dikenal sebagai HD atau high definition. HD memungkinkan untuk meningkatkan ukuran TV tanpa mengorbankan kualitas gambar pada layar. TV Analog menggunakan resolusi SD. Meskipun telah ada upaya untuk mengimplementasikan HDTV untuk TV Analog, akan tetapi persyaratan dalam hal bandwidth yang terlalu besar sehingga tidak mungkin diterapkan.

Merek dagang tv yang memproduksi televisi dari tv analog sampai dengan tv digital antara lain:
-       Polytron
-       Sharp
-       LG
-       Philips
-       Panasonic
-       Samsung
Dan beberapa merek lainnya.

Keuntungan yang di peroleh dari perkembangan TV di era saat ini adalah
1.     Televisi kini mampu menampilkan kualitas gambar yang jernih dan stabil dengan resolusi yang sangat tinggi.
2.     Jumlah siaran televisi juga banyak dan beragam. Dengan satelit digital televisi mampu menampilkan 30 hingga ratusan channel televisi.
3.     Televisi sekarang mempunyai sinyal yang sangat stabil tidak putus-putus serta kualitas gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televise analog.



Daftar Pustaka :
(diakses pada tanggal 10 Januari 2020)
(diakses pada tanggal 10 Januari 2020)
(diakses pada tanggal 10 Januari 2020)
(diakses pada tanggal 10 Januari 2020)
Egha W.Z. 2017. Sejarah Televisi. Jakarta: Citra Adi Bangsa.